Memahami Kaitan Kanker Otak dan Stroke, Simak Penjelasan dan Tindakan Pencegahannya

1 day ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Stroke serta kanker otak termasuk kondisi neurologis serius dengan dampak kesehatan jangka panjang. Penelitian modern mulai mengungkap interaksi kompleks antara kedua penyakit tersebut, membuka peluang pemahaman baru mengenai faktor risiko serta mekanisme biologis yang memengaruhi perkembangan masing-masing. Analisis mendalam terhadap kaitan kanker otak dan stroke menjadi krusial, dalam merancang strategi pengobatan dan pencegahan komplikasi pada pasien.

Individu yang pernah mengalami stroke cenderung menunjukkan perubahan jaringan otak tertentu, sementara pasien tumor otak memiliki risiko gangguan sirkulasi darah lebih tinggi dibanding populasi umum. Penemuan ini menekankan perlunya investigasi ilmiah untuk memetakan pola interaksi antara gangguan vaskular dan pertumbuhan sel abnormal. Studi yang fokus pada kaitan kanker otak dan stroke membantu memahami hubungan sebab-akibat, serta implikasi klinis bagi pengelolaan pasien.

Deteksi dini melalui pemeriksaan neurologis rutin, pencitraan MRI, serta evaluasi gejala awal memegang peran penting dalam menurunkan risiko komplikasi serius. Edukasi pasien mengenai tanda-tanda awal stroke maupun tumor otak, bisa mempercepat intervensi medis dan pengambilan keputusan terapeutik. Kesadaran menyeluruh tentang kaitan kanker otak dan stroke membantu tenaga kesehatan merancang strategi perawatan lebih efektif, meningkatkan prognosis jangka panjang serta kualitas hidup pasien.

Berikut ulasan lengkap yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (5/12/2025).

Memahami Kaitan Kanker Otak dan Stroke

Stroke dan kanker otak merupakan dua kondisi patologis pada sistem saraf pusat yang termasuk dalam kategori penyakit neurologis berat, yang masing-masing memiliki karakteristik klinis, mekanisme patofisiologis, serta pola perkembangan yang berbeda secara mendasar. Meskipun demikian, hasil penelitian modern dalam bidang neuro-onkologi dan neurologi menunjukkan bahwa kedua kondisi ini dapat saling berkaitan dalam beberapa aspek tertentu, membentuk hubungan yang kompleks antara proses patologis yang satu dengan yang lain.

Mengutip dari laman National Library of Medicine (ncbi.nlm.nih.gov), interaksi antara stroke dan kanker otak tidak hanya muncul sebagai komplikasi medis yang mengikuti perjalanan penyakit, tetapi juga dapat dipahami sebagai potensi faktor risiko yang saling memengaruhi satu sama lain secara timbal balik. Dalam konteks ini, penelitian terbaru berfokus untuk menelusuri kemungkinan apakah kejadian stroke dapat berperan sebagai pemicu atau katalisator bagi perkembangan jenis kanker otak tertentu, khususnya glioma ganas yang dikenal agresif, atau sebaliknya, apakah adanya tumor otak dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke pada pasien, baik sebagai akibat langsung dari tumor itu sendiri maupun sebagai dampak dari intervensi medis yang diterapkan untuk mengendalikannya.

Kanker Otak Meningkatkan Risiko Stroke

Glioma, salah satu bentuk tumor otak primer yang paling sering ditemui dalam praktik klinis ternyata menunjukkan keterkaitan yang cukup kuat dengan peningkatan risiko kejadian stroke, terutama jenis stroke iskemik, yang terjadi akibat tersumbatnya aliran darah ke jaringan otak. Pada populasi umum, insidensi stroke iskemik tergolong rendah, tetapi pada pasien yang menderita glioma, angka risiko ini dapat meningkat hingga sekitar tiga kali lipat dibandingkan populasi normal.

Fenomena ini memberikan indikasi bahwa keberadaan tumor di dalam jaringan otak tidak hanya memengaruhi fungsi neuron secara langsung, tetapi juga menciptakan lingkungan mikro yang rentan terhadap gangguan sirkulasi darah, sehingga mempermudah terjadinya kejadian serebrovaskular akut.

Beberapa faktor patofisiologis yang menyebabkan pasien dengan glioma lebih rentan mengalami stroke antara lain:

  • Pertumbuhan tumor yang menekan jaringan otak serta pembuluh darah sekitarnya, sehingga mengganggu aliran darah normal dan menciptakan risiko iskemia pada area tertentu.
  • Edema otak, yaitu pembengkakan jaringan otak akibat akumulasi cairan yang diinduksi oleh tumor, yang selanjutnya memperburuk tekanan intrakranial dan memengaruhi perfusi darah lokal.
  • Kejang yang muncul sebagai gejala tumor, yang dapat mengganggu fungsi vaskular dengan memicu perubahan aliran darah dan kebutuhan oksigen jaringan yang tidak merata.
  • Gangguan pembekuan darah, yang muncul sebagai akibat hiperkoagulabilitas yang dipicu oleh proses keganasan tumor, sehingga meningkatkan risiko terbentuknya trombus atau bekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh.
  • Komplikasi dari prosedur medis, termasuk operasi otak atau radioterapi, yang meskipun bertujuan mengendalikan pertumbuhan tumor, dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah, perubahan struktur vaskular, atau efek samping lain yang meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke.

Dengan mempertimbangkan berbagai mekanisme tersebut, jelas bahwa stroke pada pasien kanker otak tidak semata-mata merupakan kejadian independen atau kebetulan, melainkan dapat muncul sebagai bagian integral dari perjalanan penyakit itu sendiri maupun sebagai konsekuensi dari intervensi medis yang diterapkan untuk mengatasi tumor. Pemahaman ini menekankan pentingnya pengawasan neurologis yang cermat dan strategi manajemen komprehensif untuk meminimalkan risiko komplikasi serebrovaskular pada pasien glioma.

Benarkah Stroke Bisa Meningkatkan Risiko Terjadinya Kanker Otak?

Meskipun selama ini stroke dan kanker otak secara klinis dianggap sebagai dua entitas penyakit yang berdiri sendiri dan memiliki mekanisme patofisiologis yang berbeda, sejumlah penelitian modern mulai menyoroti kemungkinan adanya hubungan timbal balik, khususnya bahwa kejadian stroke pada pasien tertentu dapat meningkatkan risiko berkembangnya tumor otak di masa mendatang.

Salah satu temuan penting dalam literatur ilmiah menunjukkan bahwa individu yang mengalami stroke, terutama dalam kurun waktu kurang dari dua tahun sebelum diagnosis kanker otak, memiliki peluang hampir dua kali lebih besar untuk mengembangkan glioma atau meningioma dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat stroke. Temuan ini menunjukkan adanya potensi mekanisme biologis atau perubahan lingkungan mikro di otak pasca stroke yang dapat memfasilitasi proliferasi sel abnormal dan memicu proses karsinogenesis.

Ada beberapa hipotesis yang diusulkan untuk menjelaskan hubungan potensial ini, antara lain:

  • Kerusakan jaringan otak akibat stroke, baik karena iskemia maupun gangguan aliran darah lokal, dapat menciptakan kondisi biologis yang mendukung pertumbuhan sel abnormal. Jaringan yang mengalami cedera sering mengalami proliferasi sel reparatif dan perubahan metabolik, yang pada beberapa konteks dapat membuka peluang bagi transformasi seluler menjadi ganas.
  • Aktivasi faktor hipoksia, seperti HIF-1α (Hypoxia-Inducible Factor 1 alpha), merupakan respons seluler terhadap kekurangan oksigen yang sering terjadi pasca stroke. Peningkatan ekspresi HIF-1α dapat memicu perubahan lingkungan mikro di sekitar jaringan otak yang mempermudah proliferasi sel tumor, angiogenesis abnormal, serta adaptasi metabolik yang mendukung kelangsungan hidup sel-sel ganas.
  • Perubahan sistem imun dan inflamasi jangka panjang setelah stroke juga diduga berperan. Setelah kejadian iskemik, ...
Read Entire Article